Menu

"Perkemahan Jumat Sabtu (PERJUSA) Bulan Mei 2016"

Sabtu, 22 Juni 2013

PELAKSANAAN PPDB SD NEGERI ONLINE DKI JAKARTA

Pelaksanaan PPDB SD Negeri Online DKI JAKARTA
SUDAH DI MULAI

Bagi orang tua calon peserta didik SD Tahun pelajaran 2013/2014 silahkan mendaftarkan putera/putrinya pada SD tujuan di DKI Jakarta. 

Untuk Keterangan lebih lanjut, silahkan KLIK tautan di bawah ini.

I.  Aturan dan Prosedur PPDB SD 2013/2014
     1. Pelaksanaan
     2. Tahapan Pelaksanaan
     3. Persyaratan
     4. Aturan Pendaftaran
     5. Seleksi

II. Daftar Sekolah
     1. Sekolah Standar Nasional (SSN)
     2. Sekolah Reguler
     3. Sekolah Inklusi

III. Daya Tampung
     1.Daya Tampung

IV. Pendaftaran
      Tahap 1 : 1. Jalur Umum
                    2. Edit Data

V.  Statistik
      1. Jalur Umum Tahap 1

VI. Hasil Seleksi
      Jalur Umum  : 1.  Sekolah Tujuan
                          2.  Sekolah Mendaftar

      Jalur Lokal   : 1.   Sekolah Tujuan
                          2.  Sekolah Mendaftar



Sumber: PPDB SD Negeri DKI Online




Jumat, 21 Juni 2013

Penilaian Berbasis Kelas

A.   Makna Penilaian Kelas dan Berkelanjutan.
Setiap orang akan selalu belajar, artinya aktivitas belajar itu tidak terhenti, akan tetapi terus berlanjut. Begitu juga bagi para siswa yang sedang belajar akan terus belajar sampai mencapai hasil yang diharapkan. Dalam hal ini memang tidak ada istilah gagal, tetapi hanya belum mencapainya. Setiap siswa pada saatnya nanti akan dapat mencapai hasil belajar yang diharapkan. Hal ini sesuai dengan konsep belajar tuntas dan berkelanjutan.
Kurikulum dengan pendekatan kompetensi sangat cocok dengan konsep dan prinsip belajar berkelanjutan. Begitu juga untuk sistem penilaian, sesuai dengan amanat dari kurikulum 2004, akan dikembangkan sistem penilaian  kelas yang berkelanjutan. Ciri-ciri dari sistem penilaian itu adalah:
a.  Dilakukan untuk menyeimbangkan berbagai aspek pembelajaran: kognitif, afektif, dan Pengetahuan Sosialikomotorik, dengan menggunakan berbagai dan model penilaian , formal dan tidak formal secara berkesinambungan.
b.   Merupakan suatu proses pengumpulan pelajaran dan penggunaan informasi tentang hasil belajar siswa dengan menerapkan prinsip penilaian berkelanjutan, bukti-bukti otentik, akurat dan konsisten sebagai akuntabilitas publik.
c.  Merupakan proses identifikasi pencapaian kompetensi dan hasil belajar yang dikemukakan melalui pernyataan yang jelas tentang standar yang harus dan telah dicapai disertai dengan peta kemajuan hasil belajar siswa.
d. Penilaian dilaksanakan secara terpadu dengan kegiatan pembelajaran dengan mengumpulkan kerja siswa (portofolio), produk, kinerja dan tes tertulis siswa.

B.   Fungsi  Penilaian.
Penilaian adalah serangkaian kegiatan untuk memperoleh, menganalisis, dan menafsirkan data tentang proses belajar dan hasil belajar siswa yang dilakukan secara sistematis dan berkesinambungan, sehingga menjadi informasi yang bermakna dalam pengambilan keputusan pembelajaran. Dalam pelaksanaannya instrumen atau alat ukur yang digunakan dalam penilaian dapat berbentuk tes atau nontes. Sesuai dengan tujuan belajar, maka alat penilaian itu harus dapat mengungkapkan hasil penguasaan kompetensi baik pada tataran aspek kognitif, afektif maupun psikomotorik. Penguasaan kompetensi itu akan terlihat dari seberapa banyak indikator-indikator dari kemampuan dasar yang muncul dan tercapai ketika dievaluasi.
Di samping sebagai alat untuk mengetahui ketercapaian indikator, penilaian  kelas dan berkelanjutan itu dapat berfungsi untuk:
a. Mengetahui dan memantau tingkat kemajuan dan kesulitan belajar siswa, sehingga memungkinkan untuk memberikan pengajaran dan remidiasi untuk memenuhi kebutuhan siswa sesuai dengan kemajuan dan kemampuannya.
b.   Memberikan umpan balik bagi siswa untuk mengetahui kemampuan dan kekurangannya sehingga menimbulkan motivasi untuk memperbaiki hasil belajarnya.
c.   Memberikan masukan bagi guru untuk memperbaiki program pembelajarannya.
d.  Memotivasi para siswa untuk mencapai kompetensi yang telah ditentukan walaupun dengan pendekatan belajar yang berbeda-beda.
e.  Memberikan informasi yang lebih komunikatif kepada masyarakat tentang efektifitas pembelajaran dan pendidikan sehingga masyarakat dapat meningkatkan partisipasinya di bidang pendidikan.

C.   Prinsip-prinsip  Penilaian.
Prinsip-prinsip penilaian yang berlaku umum, yaitu:
a.   Berorientasi  pada kompetensi dan indikator ketercapaian hasil belajar.
Sistem penilaian mengacu pada indikator ketercapaian hasil kemampuan dasar yang sudah ditetapkan dari setiap standar kompetensi. Dengan demikian hasil penilaian akan memberikan gambaran mengenai perkembangan pencapaian kompetensi.
b.   Menyeluruh.
Penguasaan kompetensi hendaknya menyeluruh, baik menyangkut standar kompetensi, kompetensi dasar, indikator pencapaian, maupun aspek-aspek intelektual, sikap dan tindakannya, beserta keseluruhan proses dalam upaya penguasaan kompetensi tersebut.
c.   Berkelanjutan.
Di samping menyeluruh, penilaian hendaknya dilakukan secara berkelanjutan (direncanakan dan dilakukan terus-menerus) guna mendapatkan gambaran yang utuh mengenai perkembangan penguasaan kompetensi oleh siswa, baik sebagai efek langsung (main effect) maupun efek pengiring (nurturant effect) dari proses pembelajaran.
d.   Sesuai  dengan  pengalaman  belajar.
Sistem penilaian harus disesuaikan dengan pengalaman belajar yang ditempuh dalam proses pembelajaran. Misalnya, jika pembelajaran menggunakan pendekatan tugas kunjungan lapangan maka evaluasi harus diberikan baik pada proses (keterampilan proses) misalnya teknik wawancara, maupun produk/hasil melakukan kunjungan lapangan yang berupa informasi yang dibutuhkan.
e.   Mendidik.
Penilaian harus memberi sumbangan positif terhadap pencapaian hasil belajar siswa. Hasil penilaian untuk siswa yang berhasil harus dinyatakan dan dapat dirasakan sebagai penghargaan. Demikian juga hasil penilaian bagi siswa yang kurang berhasil dapat dijadikan sebagai pemicu semangat belajar.
f.    Terbuka.
Kriteria penilaian dan dasar pengambilan keputusan harus terbuka bagi semua pihak. Dalam istilah lain disebut obyektif. Penilaian yang terbuka menjadikan siswa tidak akan merasa dicurangi, disisihkan atau tidak disenangi oleh guru.
g.   Menggunakan prinsip Penilaian Acuan Patokan (PAP).
Sebelumnya sudah ditentukan standar atau patokan sebagai gambaran kompetensi siswa. Pada prinsipnya setiap siswa dapat mencapai standar, hanya mungkin waktunya bisa berbeda-beda.

D.   Langkah Pengembangan Sistem Penilaian.
Dalam pengembangan sistem penilaian terhadap pencapaian kompetensi dasar,  diperlukan tiga tahapan utama yaitu:
a.   Penjabaran Standar Kompetensi (SK) menjadi Kompetensi Dasar (KD).
Standar Kompetensi adalah rumusan unjuk kerja atau kemampuan yang harus dimiliki atau dilakukan siswa setelah melakukan pembelajaran. Standar kompetensi ini kemudian dijabarkan menjadi beberapa kompetensi dasar. Kompetensi Dasar adalah kompetensi atau kemampuan minimal dalam mata pelajaran yang harus dimiliki oleh lulusan atau kemampuan minimal yang harus ditampilkan siswa setelah melakukan pembelajaran suatu materi atau mata pelajaran. Rumusan kompetensi dasar ini harus menggunakan kata kerja yang operasional.
b.   Penjabaran Kompetensi Dasar menjadi Indikator.
Indikator adalah karakteristik, ciri-ciri, tanda-tanda, perbuatan, atau respon, yang harus dilakukan atau ditampilkan oleh siswa untuk menunjukkan bahwa dia telah menguasai kompetensi dasar. Perumusan indikator menggunakan kata kerja yang operasional, agar dapat diukur dan dibuat soal ujiannya. Kata kerja yang digunakan sama dengan kata kerja pada kompetensi dasar, namun cakupan materinya lebih sempit lagi. Setiap kompetensi dasar dapat dikembangkan menjadi beberapa indikator tergantung dari jumlah materi pokok yang diperlukan untuk mencapainya.
c.   Penjabaran Indikator menjadi Butir Soal.
Setiap indikator dapat dikembangkan menjadi beberapa butir soal. Butir soal dirumuskan dalam bentuk yang sesuai dengan kegunaannya, misalnya untuk tugas, tes formatif atau sumatif.

E.   Penyusunan Instrumen Penilaian.
1)   Jenis Penilaian.
Penilaian merupakan kegiatan yang harus ditujukan/dilakukan oleh siswa untuk menunjukkan hasil belajar yang telah dicapainya. Jenis penilaian  yang dapat digunakan dalam sistem penilaian kompetensi setiap mata pelajaran antara lain:
a)  Kuis, bentuknya berupa isian singkat dan menanyakan hal-hal yang bersifat prinsip. Biasanya dilakukan sebelum pelajaran dimulai, kurang lebih 15 menit. Kuis dilakukan untuk mengungkap kembali penguasaan pelajaran oleh siswa atau mengungap hasil pengamatan lapangan yang telah dilakukan siswa.
b)  Pertanyaan lisan di kelas, yaitu pertanyaan-pertanyaan yang diucapkan oleh guru dengan tujuan memperkuat pemahaman terhadap konsep, prinsip, atau teorema. Teknik bertanya yang baik adalah mengajukan pertanyaan dengan singkat dan tegas, memberi waktu selang, kemudian memilih siswa secara acak untuk menjawab. Pertanyaan lisan di kelas bermanfaat untuk mengecek dan mengetahui kemampuan siswa secara langsung sehingga materi yang belum dikuasi dapat diulas sebagai bentuk remedial bagi yang belum difahami.
c)  Ulangan harian, adalah ujian yang dilakukan setiap saat, misalnya 1 atau 2 materi pokok selesai diajarkan. Bentuk soal yang digunakan sebaiknya berupa uraian objektif atau non-objektif. Tingkat berpikir yang terlibat sebaiknya mencakup pemahaman, aplikasi, dan analisis.
d)  Tugas individu, yaitu tugas yang diberikan kapan saja, biasanya untuk memperkaya materi pembelajaran, atau untuk persiapan program pembelajaran tertentu. Tingkat berpikir yang terlibat sebaiknya aplikasi dan analisis, bila mungkin sampai sintesis dan evaluasi. Tugas individu dalam pembelajaran geografi dapat digunakan untuk pengamatan gejala dan fenomena geografi di lingkugan siswa.
e)  Tugas kelompok, yaitu tugas seperti pada butir 4, tetapi dikerjakan oleh kelompok-kelompok siswa (5-7 orang). Jenis tugas ini digunakan untuk menilai kemampuan kerjasama di dalam kelompok. Bentuk soal yang digunakan adalah uraian bebas dengan tingkat berpikir tinggi, yaitu aplikasi sampai evaluasi. Tugas kelompok dalam geografi dapat digunakan untuk melaksanakan tugas proyek yang dijadikan bukti autentik dalam prosedur portofolio. 
f)  Ujian Sumatif, yaitu ujian yang dilaksanakan di akhir pembelajaran setiap satu Standar Kompetensi atau beberapa satuan Kompetensi Dasar. Dalam sistem penilaian  kompetensi dasar ujian sumatif tidak identik dengan ujian semester. Ujian sumatif dilaksanakan setiap akhir dari proses pembelajaran yang meliputi 3-5 kompetensi dasar, atau satu standar kompetensi. Bagi anak yang dapat belajar dengan cepat, sistem ini sangat menguntungkan, karena seluruh kompetensi dapat dicapai selama kurang dari tiga tahun. Bentuk soal yang dipakai dalam ujian semester ataupun sumatif sebaiknya berupa tes objektif dengan seluruh variasinya.
2)      Bentuk Instrumen Tes dan Non Tes.
Penilaian pada kurikulum 2004 dapat dilakukan baik dengan instrumen dalam bentuk tes dan non tes.
1)   Bentuk Instrumen Tes
Bentuk instrumen (soal) tes terbagi menjadi dua, yaitu bentuk soal uraian dan objektif. Soal uraian dapat mengungkap banyak aspek dari hasil belajar, tetapi mempunyai keterbatasan yaitu tidak dapat mencakup materi yang lebih luas. Soal objektif dapat mencakup bahan yang cukup banyak, tetapi data yang diperoleh dari hasil belajar mempunyai kemungkinan tidak valid (misal karena menebak). Oleh karena itu penggunaan keduanya diharapkan dapat saling mengisi.
Soal uraian dapat dibedakan antara soal uraian bebas dan soal uraian terbatas.
a)   Soal  uraian bebas (Uraian Non-objektif) digunakan untuk mengungkap pendapat atau tanggapan peserta tes terhadap suatu objek. Pada soal ini jawaban siswa sangat bervariasi. Siswa yang kaya akan pengetahuan dapat mengembangkan jawabannya secara luas dan mendalam, sedangkan bagi siswa yang kurang memahami akan kurang dapat mengembangkan jawabannya. Oleh karena itu perlu dibuatkan rambu-rambu jawaban yang harus muncul, sebagai kriteria pensekoran. Pensekoran dapat menggunakan skala 1-10 atau 1-100.
b)   Soal uraian terbatas (Uraian Objektif) yaitu pertanyaan terbuka, tetapi jawabannya sudah ditentukan atau dibatasi. Sebagai pembatas dapat berupa jumlah, acuan, ataupun aspek materi. Soal uraian terbatas mempunyai kriteria jawaban yang pasti sebagai pembatas jawaban siswa. Siswa tidak dapat menjawab pertanyaan tersebut dengan kriteria lain, sehingga bagi siswa yang tidak memahami kriteria tersebut akan tidak dapat menjawabnya, walaupun sangat memahami objek tersebut berdasarkan kriteria-kriteria yang lain.
c)   Soal uraian terstruktur, yaitu soal yang menuntut siswa untuk menjawab berdasarkan data yang tersedia.
Soal objektif mempunyai variasi yang sangat banyak, yatiu:
d)   Isian singkat.
e)   Benar salah.
f)    Menjodohkan.
g)   Pilihan ganda:
§  Melengkapi Pilihan (pilihan ganda biasa).
§  Hubungan antar Hal.
§  Tinjauan Kasus.
§  Asosiasi Pilihan Ganda (pilihan ganda komplek).
§  Membaca Diagram.

2)    Bentuk-Bentuk Instrumen Non Tes.
Pengukuran dengan teknik non tes meliputi pengamatan atau observasi, penugasan, dan dokumentasi.
a.             Observasi 
Observasi dapat dilakukan secara langsung pada saat siswa melakukan aktivitas belajar, baik ketika di dalam kelas maupun pada saat studi lapangan. Kemampuan-kemampuan yang muncul menggambarkan tingkat kemampuan yang berhasil dikuasai. Jika guru bermaksud untuk melakukan pengamatan, hendaknya dipersiapkan lembar observasi baik berupa daftar cek (check list) maupun catatan biasa.
Observasi biasanya digunakan untuk menilai perbuatan (performance test), terutama aspek psikomotorik atau keterampilan tertentu, yang berkaitan dengan proses.
b.     Penugasan.
Pemberian tugas dapat secara kelompok maupun secara perorangan untuk dikerjakan di sekolah maupun di luar sekolah dengan batas waktu tertentu.
c.   Dokumentasi.
Penilaian dilakukan dengan cara melihat karya siswa yang diperoleh selama kegiatan pembelajaran. Dokumen hasil karya siswa berupa kesimpulan-kesimpulan diskusi kelompok, karya ilmiah (makalah), kliping, laporan pengamatan di lapangan, dan lain-lain.
Portofolio.
Portofolio adalah kumpulan hasil karya siswa dalam satu periode tertentu yang menggambarkan perkembangan dalam aspek atau bidang tertentu. Portofolio cocok untuk mengetahui perkembangan kompetensi siswa. Sebelum melakukan penilaian, guru harus memberitahukan kepada siswa tentang standar nilai yang akan digunakan. Sebagai contoh misalnya penulisan karya ilmiah untuk majalah dinding. Agar penilaian terhadap hasil karya ilmiah tersebut objektif, maka guru perlu mengembangkan semacam kisi-kisi sebagai alat atau pedoman penilaian kinerja atau hasil kerja siswa. Rubrik itu hendaknya memuat: (1) daftar kriteria kinerja siswa, (2) aspek-aspek yang dinilai, dan (3) gradasi mutu.
Dalam pembuatan karya ilmiah, aspek yang dinilai antara lain: (1) tema atau judul makalah, (2) sistematika makalah, (3) isi uraian makalah, (4) tata tulis dan bahasa yang digunakan, serta (5) jumlah halaman. Penilaian pada model portofolio tidak hanya sekali, tetapi berkali-kali. Siswa diminta memperbaiki sesuai dengan hasil pemeriksaan oleh guru. Hasil perbaikan masih dikoreksi lagi hingga karya tulis tersebut layak dimuat pada majalah dinding.

Rabu, 19 Juni 2013

Jadwal dan Prosedur PPDB SMP-SMA-SMK di Provinsi DKI JAKARTA

Pra-Pendaftaran Telah Dimulai

Calon peserta didik baru yang berasal dari lulusan sekolah dalam DKI Jakarta tahun 2013 TIDAK PERLU melakukan Pra Pendaftaran, nanti langsung melakukan Pendaftaran pada tanggal 22-26 Juni.
Pra-Pendaftaran 18 - 21 Juni wajib dilakukan bagi calon peserta didik baru sebelum melakukan Pendaftaran, yaitu bagi calon peserta didik baru yang berasal dari :

  • Calon peserta didik baru bertempat tinggal di Provinsi DKI Jakarta tetapi bersekolah di luar Provinsi DKI Jakarta;
  • Calon peserta didik baru bertempat tinggal dan bersekolah di luar Provinsi DKI Jakarta;
  • Calon peserta didik baru berasal dari sekolah dalam Provinsi DKI Jakarta lulusan sebelum tahun pelajaran 2012/2013; dan
  • Calon peserta didik baru berasal dari sekolah dalam Provinsi DKI Jakarta lulusan pendidikan kesetaraan paket A/B

Untuk melakukan Pra Pendaftaran Online silakan menuju halaman berikut :
Lokasi Verifikasi Pra Pendaftaran bisa dilihat di halaman berikut :



JADWAL DAN PROSEDUR PPDB SMP-SMA-SMK

Untuk melihat jadwal PPDB, silahkan klik link berikut:

SMP:
Jalur Reguler

          Tahap 1 Umum
          Tahap 1 Lokal
          Tahap 2 Umum

SMA :
Jalur Reguler

          Tahap 1 Umum
          Tahap 1 Lokal
          Tahap 2 Umum
          Tahap 1 Lokal
          Tahap 2 Prestasi
          Tahap 2 Umum

SMK :
Jalur Reguler
          Tahap 1 Umum I
          Tahap 1 Umum II
          Tahap 2 Umum


Untuk Keterangan lebih lanjut, silahkan klik Jakarta Siap Online ini.


Senin, 17 Juni 2013

Awas! Ada Penipu Ngaku Bisa Urus Formasi CPNS 2013

JAKARTA--Hingga saat ini pemerintah belum menetapkan formasi CPNS 2013. Formasi yang tersedia baru untuk honorer tertinggal. Sedangkan bagi pelamar umum, masih menunggu penyelesaian honorer tertinggal.

"Sampai hari ini belum ada formasi CPNS 2013 yang kita tetapkan. Yang ada honorer tertinggal, itupun kategori satu (K1). Untuk kategori dua (K2) masih menunggu hasil tes September mendatang," kata Sekretaris Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (SesmenPAN-RB) Tasdik Kinanto di Jakarta, Kamis (13/6).
Hal yang sama diungkapkan Kabag Humas Badan Kepegawaian Negara (BKN) Tumpak Hutabarat. Katanya, pemerintah saat ini baru sebatas menerima usulan kebutuhan pegawai dari instansi pusat maupun daerah.

"Tahapan sekarang masih menerima usulan yang disertai laporan analisa jabatan, beban kerja, prediksi kebutuhan selama lima tahun, dan syarat-syarat lainnya. Formasinya belum ditetapkan MenPAN-RB," terangnya.
Ditambahkan Tasdik, isu di daerah formasi CPNS sudah ditetapkan MenPAN-RB. Ini menjadi pemicu munculnya penipuan yang mengaku-aku bisa membantu mendapatkan formasi tertentu.

"Kami mengimbau kepada pejabat di daerah, jangan terkecoh dengan rayuan oknum yang mengaku petugas KemenPAN-RB dan bisa mengurus formasi CPNS. Kami belum menetapkan formasi apapun, kecuali kuota CPNS saja," ujarnya.
Secara nasional, kuota CPNS yang ditetapkan adalah 169 ribu, di mana 109 ribu jatah honorer K2, 60 ribu pelamar umur (40 ribu untuk daerah, 20 ribu pusat). Bila dalam perkembangan nanti jatah 109 ribu tidak terisi semuanya karena honorer K2 banyak yang gugur, kuota tersebut dikembalikan ke negara.

"Jadi kuota honorer tidak akan diberikan ke umum, demikian sebaliknya. Prinsipnya, pemerintah hanya menetapkan kuota saja. Bila banyak formasi yang kosong, itu kita kembalikan ke negara. Tidak ada istilah kita paksakan harus habis kuotanya," pungkas Tasdik yang juga Plt Deputi SDM Aparatur KemenPAN-RB ini. (Esy/jpnn)


Sumber: JPNN


Kamis, 13 Juni 2013

Anak Malas Belajar? Bagaimana agar bersemangat kembali?


Berbagai upaya sudah dilakukan agar anak semangat belajar. Tapi, hasilnya justru sebaliknya. Seringkali penyebabnya muncul dari orangtua.


Memahami anak sebagai individu yang sedang menjalani tahapan-tahapan dalam masa pertumbuhannya, diperlukan kesabaran ekstra. Demikian pula ketika mendapati anak yang telah memasuki usia sekolah begitu malas belajar. Mengandalkan guru untuk menyelesaikan masalah? Tentu tak bisa begitu.

Apalagi bila kita menyadari bahwa anak sesungguhnya memulai pendidikannya dari rumah. Sehingga, peran orangtua untuk membantu secara langsung kesulitan yang dialami anak merupakan hal yang sangat penting. Mencari penyebabnya adalah langkah awal untuk menerapkan solusi yang tepat.

Robert D. Carpenter MD adalah seorang peneliti yang pernah mengadakan pengamatan terhadap perkembangan belajar murid sekolah dasar di California, Amerika Serikat. Dalam pengamatannya ditemukan adanya penyebab mengapa anak-anak kerap mengalami masalah dalam belajar yang cenderung membuat mereka jadi malas. Berikut ini empat penyebab yang kerap terjadi dan menyebabkan anak malas belajar.

KBM SDN Pluit 01 Pagi


1. Komunikasi tidak efektif

Ingat, target kita berkomunikasi adalah memastikan bahwa ‘pesan’ yang ingin kita sampaikan kepada penerima pesan (anak) diterima dengan benar. Tentu orangtua ingin agar anak mengerti, menyukai dan melakukan apa-apa yang dipikirkan orangtua. Komunikasi yang efektif juga bisa mengungkapkan kehangatan dan kasih sayang orangtua, misalnya, “Ayah bangga sekali, kamu sudah berusaha keras belajar di semester ini.”

Coba ingat-ingat bagaimana pola komunikasi yang kita bangun selama ini. Sudahkah anak-anak menangkap pesan yang kita sampaikan sesuai dengan yang kita maksud?

Seringkali orangtua lupa menyampaikan ‘isi’ dari pesannya, tapi lebih banyak merembet pada hal-hal yang sebenarnya di luar maksud utamanya. Misal, nilai ulangan harian anak di bawah rata-rata teman sekelasnya. Tanpa bertanya terlebih dulu kepada anak kenapa nilainya jelek, Ibu langsung komentar, “Itulah akibatnya kalau kamu nggak nurut Ibu. Main melulu sih. Ibu tuh dulu waktu sekolah nggak pernah dapat nilai 6. Kamu kok nilainya jelek begini. Gimana sih?” Apa inti pesan yang disampaikan Ibu? Anak salah karena nilainya jelek dan semakin salah karena Ibu selalu membandingkan anak dengan keadaan Ibunya sewaktu sekolah. Akibatnya, anak akan berpendapat, “Ah, nggak ada gunanya bilang ke Ibu kalau nilai jelek. Nanti pasti dimarahin.”

Padahal, mengetahui nilai anak yang di bawah rata-rata buat orangtua sangat penting untuk mengevaluasi penyebabnya. “Wah, nilai anak saya untuk mata pelajaran matematika kenapa selalu jelek ya? Apa yang perlu dibantu?” Sederet pertanyaan itu bisa terjawab bila kita berkomunikasi secara efektif, bukan menyalah-nyalahkan anak. Bila penyebab bisa segera diketahui, maka orangtua bisa mencari solusinya dan melakukan perbaikan.

Komunikasi yang tidak efektif yang berjalan selama bertahun-tahun, pastinya akan berdampak negatif pada pembentukan karakter anak. Padahal, salah satu fungsi komunikasi adalah untuk mengenal diri sendiri dan orang lain. Bisa dipastikan pola seperti itu akan membuat anak bingung dalam mengenali dirinya sendiri dan orangtuanya. ‘Apa sih sebenarnya maunya Ayah/Ibu?’ Kebingungan ini mengakibatkan dalam diri anak tidak tumbuh motivasi kuat untuk berprestasi, toh mereka tak tahu apa gunanya mereka belajar.

2. Tak terbantahkan

‘Pokoknya kamu harus ranking satu. Dulu, ayah sekolah jalan kaki, tapi selalu ranking satu. Kenapa kamu nggak bisa?’ Menekankan dengan kalimat, ‘pokoknya’, ‘seharusnya’, dan kata sejenis lainnya menunjukkan tidak adanya celah untuk pilihan lain.

Orangtua yang tak terbantahkan membuat anak sulit mengemukakan pendapatnya. Bahkan, sulit mengetahui potensi dirinya sendiri, apalagi mengoptimalkan potensinya. Kecenderungan tak terbantahkan ini kalau berlanjut terus bisa menjurus pada upaya memaksakan kehendak orangtua pada anak. Misalnya, “Nanti kamu harus jadi dokter.” Kalaupun akhirnya anak mengikuti kehendak orangtuanya kuliah di fakultas kedokteran, ia akan menjalaninya dengan setengah hati. Bisa jadi, hanya setahun dijalani, selanjutnya keluar karena bertentangan dengan keinginannya. Tentu kita tak ingin ini terjadi bukan?

3. Target tidak pas

Target yang tidak pas, bisa terlalu rendah atau terlalu tinggi dari kemampuannya. Jangan sampai memaksakan begitu banyak kegiatan pada seorang anak sehingga mereka jadi jenuh dan terlalu lelah. Akibat overaktivitas, banyak anak yang kemudian mulai meninggalkan belajar sebagai kegiatan yang seharusnya paling utama.

Di sinilah peranan orangtua sangat penting, jangan sampai terlalu memaksa anak dengan harapan agar mereka dapat menuai prestasi sebanyak-banyaknya. Mereka didaftarkan pada berbagai macam kursus atau les privat tanpa mengetahui bahwa batas IQ seorang anak tidak memungkinkannya menerima berbagai macam kegiatan yang disodorkan oleh orangtua.

Namun, sebaliknya bagi anak yang memiliki IQ tinggi, juga perlu penanganan khusus, karena mereka tidak cukup dengan target regular untuk anak lainnya. Mereka membutuhkan tantangan lebih supaya potensinya teroptimalkan. Untuk mengetahui potensi ini, orangtua perlu bantuan psikolog.

4. Aturan dan hukuman yang tidak mendidik

Terlalu ketat dalam rutinitas harian bisa menyebabkan akhirnya anak malas belajar. Namun, sebaliknya tanpa membuat rutinitas harian anak tidak terbiasa memiliki jadwal belajar yang harus dipatuhinya. Jalan tengahnya, rutinitas tidak bisa ditetapkan secara sepihak oleh orangtua, namun dibangun bersama-sama.

Membuat aturan juga harus diikuti dengan konsekuensi. Jadi, anak dapat mengerti apa hubungannya antara kepatuhan menjalani aturan dengan konsekuensinya, bukan sekadar hukuman yang tidak mendidik, seperti hukuman cubitan bila dapat nilai jelek

Bagi anak usia SD ke atas, orangtua perlu mendiskusikannya dengan anak. Aturan tersebut ditandatangani dan dipasang di dekat meja belajar. Misal, 1) Belajar sehabis shalat Maghrib sampai Isya; 2) Boleh nonton Avatar pada minggu pagi; 3) Main PS paling lama 2 jam di hari libur; 4) dan seterusnya.

Jangan bosan juga untuk meng-up date kesepakatan dan mengingatkan kalau ada yang melanggar. Ingatkan juga akan konsekwensinya, misalnya “Belajar yuk! Kemarin kita sepakat kan kalau nggak belajar, gimana hayo?”

Biarkan anak menjawab konsekwensinya. Jika aturan itu sudah dibuat bersama, pasti anak ingat akan konsekwensinya. Harapannya, kesadaran untuk belajar akan tumbuh dari dalam diri anak, bukan dipaksakan orangtua. Tidak ada lagi hukuman yang tidak mendidik, karena hukuman akan membuat anak berpikir “Ugh, belajar sangat tidak menyenangkan!”

Mewaspadai empat hal tersebut penting untuk mencegah kemalasan anak semakin parah. Yuk, bantu anak-anak kita agar rajin dan senang belajar.




Sabtu, 08 Juni 2013

Makan Mie Instan? Hati-hati dapat berbahaya bagi tubuh

Bagaimana cara mensiasatinya agar tidak membahayakan ?

Kandungan Mie Instan

Mie dibuat dari campuran tepung, minyak sayur, garam, dan beberapa bahan aditif seperti natrium polifosfat (berfungsi sebagai pengemulsi/­penstabil), natrium karbonat dan kalium karbonat yang berfungsi sebagai pengatur asam.Selain itu, mie juga ditambahkan zat pewarna kuning (tartrazine).

Selain mie itu sendiri, ada pula bumbu mie yang banyak mengandung garam, cabe, dan bumbu-bumbu lain. Bumbu mie instan juga tak lepas dari zat aditif makanan seperti MSG (monosodium glutamat) yang berfungsi sebagai penguat rasa.

Kandungan-kandu­ngan yang berbahaya tersebut sangat tidak baik dikonsumsi oleh tubuh. Apalagi jika kita mengkonsumsi mie instan dalam waktu yang lama dengn intensitas yang sangat tinggi. Pastinya penyakit akan mudah dan hinggap di tubuh kita.

Bukan maksud menakut-nakuti,­ tetapi pilihan hidup sehat masih terbuka luas. Sayuran hijau masih banyak yang bisa kita konsumsi. Lebih baik mengkonsumsi sayuran yang banyak daripada mengkonsumsi mie instan yang banyak. Jika kita terlalu banyak mengkonsumsi mie maka bahaya makan mie instan tidak dapat kita hindari.


"Bahaya Makan Mie Instan"


Beberapa penyakit berikut ditengarai akibat terlalu banyak makan mie instan

• Penyebab kanker

Mie instan yang beredar saat ini, ternyata cukup membahayakan. Telah diketahui bahwa permukaan mie instan dilapisi oleh lilin. Inilah kenapa mie tidak pernah lengket satu sama lain.
Lilin ini sangat membahayakan kesehatan tubuh, karena tubuh kita butuh waktu lama untuk mencerna lilin ini, yakni sekitar dua hari.


Jika zat ini terus menumpuk dalam tubuh, kemungkinan kita untuk terkena penyakit kanker sangatlah tinggi. Misalnya, kanker hati, usus, atau leukimia. Tak hanya lilin dari mie instan. Bumbunya pun yang mengandung banyak zat aditif seperti MSG yang bisa menjadi pemicu kanker dalam tubuh.

Banyak kasus nyata tentang orang yang sakit dan diduga disebabkan karena terlalu banyak mengkonsumsi mie instan. Karena itu, sebaiknya Anda pun mulai mengurangi mengkonsumsi makanan ini

• Chinese restaurant syndrome

Bahaya makan mie instan yang satu ini lebih mirip keracunan. Hal ini disebabkan oleh MSG yang terdapat pada bumbu mie instan.
Ada beberapa orang yang tidak tahan dengan MSG, lalu kemudian merasa pusing dan sesak nafas. Namun penyakit ini tidak terlalu fatal, karena akan sembuh setelah 2-3 jam kemudian.


• Kerusakan jaringan otak

Mengkonsumsi mie instan terus-menerus sama dengan menumpuk zat-zat kimia berbahaya dalam tubuh dan efeknya bisa merusakkan sel-sel jaringan otak. Akibatnya, akan terjadi penurunan transmisi sinyal dalam otak.

Selain itu, kerusakan jaringan sel otak ini juga akan memicu penyakit-penyak­it lain seperti stroke atau keumpuhan.


Tips Makan Mie Instan


Untuk meminimalisir bahaya makan mie instan, berikut ada beberapa tips mudah yang bisa Anda ikuti.


1. Beri jangka waktu
Jika Anda memang tidak bisa lepas dari konsumsi mie instan, sebaiknya jangan setiap hari memakannya. Setelah makan mie instan, beri jangka waktu sekitar 3 hari bila ingin memakannya lagi.
Hal ini bertujuan untuk memberi waktu bagi tubuh agar bisa mencerna lilin (pelapis mie) sampai benar-benar habis dan tidak menumpuk di tubuh. Penumpukkan lilin sangat berbahaya bagi tubuh.


Lebih baik menjaga kesehatan daripada nikmat sesaat. Kita masih bisa mengkonsumsi mie dengan intensitas yang tidak sering. Seperti dengan mengkonsumsi mie instan dengan jarak tiga hari sekali juga termasuk langkah awal yang bagus menuju hidup sehat. Ingat bahaya makan mie instan selalu mengawasi kita.

2. Tiriskan dan bilas

Saat memasak mie instan, Anda tentu merebus mie terlebih dahulu dengan air mendidih. Setelah mie instan yang anda masak tersebut telah matang jangan langsung mengkonsumsinya­. Bahaya makan mie instan yang ada kandungan lilinnya selalu mengancam anda. Jadi tiriskan dulu mie yang telah matang tersebut.

Untuk mie instan goreng, setelah mie masak, tiriskan lalu bilas lagi dengan air bersih yang tentunya sudah matang.

Untuk mie instan kuah, setelah mie matang, jangan langsung dibubuhi bumbu mie instan. Tiriskan dahulu mie-nya, lalu buang air sisa perebusan mie. Untuk kuah, Anda bisa memakai air panas yang baru.

Perlakuan ini untuk meminimalisir masuknya zat lilin ke dalam tubuh. Saat mie direbus, lilin bisa lepas dari mie dan menyatu dengan air rebusan. Itulah sebabnya, sebaiknya jangan mengkonsumsi air rebusan mie.

Selain itu, ada sebagian orang yang lebih suka memakan mie instan dengan kondisi yang masih kriuk-kriuk. Ini juga perlu berhati-hati karena bahaya makan mie instan mentah lebih besar dibanding yang makan matang. Disarankan untuk memasaknya dalam bentung matang dan bukan setengah matang.

Kinerja organ pencernaan akan lebih berat jika kita mengkonsumsi mie instan dalam kondisi setengah matang. Bahkan bagi sebagian orang yang memang kondisi organ pencernaannya kurang baik akan terasa mules dan sering buang air besar jika memakan mie instan dalam kondisi setengah matang.


3. Jangan mencampur bumbu ketika masak

Memasak mie instan memang menyenangkan. Apalagi ketika mie instan sudah matang. Namun perlu sedikit diketahui bahwa ketika memasak mie instan jangan mencampurkan bumbu yang ada pad instan dalam kondisi memasak.

Pada bumbu mie instan juga terdapat kandungan berbahaya yang akan semakin aktif ketika dimasak dalam suhu yang tinggi. Untuk mengurangi bahayanya biasanya dalam mencampurkan bumbu tersebut dicampurkan ketika mie instan sudah diangkat dari kompor.

Hal ini dilakukan untuk mengurangi bahaya dari bumbu mie instan. Namun kebanyakan orang tidak mengetahuinya. Padahal jika kita mau membaca pada label kemasan mie instan juga sudah dianjurkan untuk mencampurkan bumbu setelah diangkat dari kompor.


4. Belajar Hidup Sehat

Dalam makan, tentunya tidak asal makan. Semua makanan haruslah dimakan secara seimbang agar hidup sehat dapat tercapai. Makanan sehat tidak berarti makanan yang mahal. Makanan yang sehat justru sangat murah. Contohnya saja sayuran yang kita makan bisa kita beli dengan harga relatif murah. Bahkan di pedesaan, tidak perlu membeli sayuran. Sayuran bisa didapatkan hanya dengan memetiknya saja di belakang halaman rumah.

Ternyata hidup sehat tidaklah mahal. Lebih baik membudayakan hidup sehat dari pada kita terus dibayangi bahaya makan mie instan. Jika perut kita lapar, hendaknya sediakan roti atau karbohidrat lainnya sebagai pengganti mie instan karena bahaya makan mie instan sangatlah tinggi.


Postingan